Andai Ramadhan ini berakhir seperti hari - hari biasa mungkin aku tak akan gundah gulana. Andai lebaran dan mudik itu tak ada mungkin aku akan lebih santai menghadapinya. Momen lebaran biasanya ditunggu jutaan umat untuk pulang ke kampung halaman. Tapi bagiku tak pernah ada yg istimewa di hari yang fitri itu. Sejak dulu aku tak pernah merasa indah karena rasanya sama seperti hari biasa. Kumpul keluarga, makan bersama, celoteh ponakan tak lagi terasa hangatnya. Semua hanya seperti rutinitas tahunan yang harus dijalani untuk bersilaturahmi. Aku yang seorang introvert serta cenderung pemalu tak merasakan indahnya kebersamaan, malas basa basi sana sini. Tatapan mata orang seolah hanya untuk mengukur sebuah kesuksesanmu di tanah rantau, kemudian membandingkan dengan yg lain. Miris itu yang kurasa. Tak jarang terdengar omongan "sudah lama di kota kok penampilanmu biasa saja, tanpa skincare tanpa baju mewah apalagi mobil padahal anak sudah 3". Ha ha ha terima kasih atas pantauannya. Ternyata Anda masih peduli dengan saya. Ingin saya skip saja 1 hari itu tanpa harus dilewati. Apalagi semenjak ibu tak ada, rasanya lebaran tak ada artinya. Aku hanya ingin melewatkannya sendiri dalam kamar, makan sepuasnya, tidur seharian, tak pergi kemana - mana. Aku sudah bosan dikomentari, aku sudah kenyang disepelekan, aku sudah capek dihina fisik. Mentalku tak sekuat baja. Sedih pasti kurasa, tapi sesungging senyum harus kupasang di wajah. Nyatanya aku tetap manusia biasa. Lambat laun rasa rendah diri mulai menguasai seluruh jiwa. Maaf bila ku tak sempurna, proses hidupku tak mudah, perjuanganku berderai air mata, salahkah aku yang tak bisa sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar